Top 5 Entri

Kamis, Maret 25, 2010

Mengapa ASI Tidak Langsung Keluar Sejak Melahirkan?

Rumah sakit bersalin memberikan susu formula pada seorang bayi di hari-hari pertama hidupnya, dengan alasan bahwa "susu ibunya belum keluar". Meski sekilas tampak sebagai niatan baik dari pihak rumah sakit, sebenarnya tindakan ini tidak benar, bahkan, merupakan promosi terselubung susu formula. Saya prihatin sekali bahwa kerap kali rumah sakit tidak berperan dalam mendidik orangtua dalam pemberian ASI, bahkan dijadikan tangan untuk menjual susu formula.
Bagaimana fakta yang berkaitan dengan mitos "perlu susu formula pada hari-hari pertama melahirkan karena ASI belum keluar"?

Kapan susu mulai keluar?

Belum keluarnya ASI pada hari pertama kelahiran adalah sesuatu yang normal. Hari-hari pertama ditandai dengan keluarnya kolostrum dengan jumlah yang kecil tetapi sangat penting untuk antibodi bayi. ASI resminya baru keluar 2-3 hari sejak melahirkan. Bayi sendiri secara alami akan tahan selama 2-3 hari sejak lahir tanpa ASI. Sayangnya, banyak ibu menjadi keburu pesimis karena susu yang tidak langsung keluar itu. Padahal sebenarnya itu normal.

Apabila ASI belum keluar pada hari pertama kelahiran, apa perlu diberi formula?

TIDAK. Belum keluarnya susu di hari-hari pertama sejak melahirkan bukan alasan yang tepat untuk memberikan susu formula. Malah, pemberian botol pada hari pertama sejak lahir bisa mengakibatkan bayi menjadi bingung puting, yang menyebabkan menghisap puting ibunya dengan cara yang salah, dan ini menyebabkan lecet puting dan berbagai masalah menyusui lainnya.

Lantas, kalau memang ASI baru keluar 2-3 hari kemudian, kenapa harus tetap menyusui bayi pada masa sebelum ASI keluar?

Karena dua hal. Pertama, meskipun tidak ada ASI tetapi payudara ibu mengandung kolostrum, yang berisi konsentrasi antibodi yang penting untuk bayi, dan juga membersihkan pencernaan bayi, merangsang keluarnya tinja pertama bayi. Kedua, mekanisme hisapan bayi pada payudara ibu, akan membawa dua keuntungan yaitu: merangsang keluarnya ASI resmi dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan bayi, dan juga untuk merangsang rahim menciut karena hisapan puting merangsang hormon oksitosin.

Pernah ada kasus seorang Ibu yg bayinya sudah 3 bulan tapi sama sekali belum pernah mengeluarkan ASI. Semenjak keluar dari rumah sakit, selalu diberikan susu formula.
Berikut jawaban dari Ibu Ira Puspadewi, Konselor Sentra Laktasi Indonesia.
Intinya dengan tekad dan kesabaran, pasti bisa. ASI sebenarnya pasti ada pada setiap Ibu, hanya saja ASI itu tdk dihisap oleh bayi. Jika bayi sudah terbiasa dengan dot botol susu, kecenderungannya akan menolak menyusui. Gejala ini disebut nipple confussion atau bingung puting. Tetapi jgn khawatir, keadaan ini msh bisa diperbaikidgn proses yg disebut relaktasi. Prinsipnya, produksi ASI akan meningkat, sesuai dgn jumlah hisapan bayi. Makin sering/lama dihisap, makin banyak mengeluarkan ASI.
Langkahnya :
1. Stop pemberian susu formula dgn botol/dot.
2. Dalam masa transisi menuju ASI, sufor ditaruh dalam kantung plastik yg digantungkan pada leher Ibu, yg disambung dgn selang yg diarahkan ke aerola.
3. Bayi dirangsang agar menghisap payudara Ibu, dan susu bisa dialirkan.

Selama transisi-jika konsumsi susu msh berkurang berikan sufor dgn sendok saja-untuk melupakan dot dan berganti dgn payudara Ibu. Jika dijalankan dgn sabar dan konsisten (tanpa dot sama sekali), insyaAllah ASI akan mulai lancar pd hari ke-7.

Tanamkan bahwa ASI adalah awal investasi terbesar yg dapat dipersembahkan untuk kebaikan anak sepanjang hidupnya. ASI juga hak anak-yang sayangnya tidak bisa ia minta sendiri. Karena itu, kita wajib memberikannya.

Sumber: http://asioke.multiply.com/ dan http://www.parentsguide.co.id/smf/index.php?topic=1438.0

Baca Selengkapnya (Read More)......

Susu Sapi Pada Dasarnya Memang Untuk Anak Sapi

NUTRISI yang terdapat dalam susu cocok untuk anak sapi yang tengah berkembang. Yang penting bagi pertumbuhan anak sapi belum tentu berguna bagi manusia. Terlebih lagi, dalam dunia alami, hewan yang minum susu hanyalah bayi yang baru lahir. Tidak ada mamalia yang minum susu setelah dewasa (kecuali Homo sapiens). Inilah cara kerja alam. Hanya manusia yang dengan sengaja memngambil susu dari spesies lain, mengoksidasi, dan meminumnya. Ini bertentangan dengan hukum alam.




Di Jepang dan Amerika Serikat, anak-anak didorong untuk minum susu saat makan siang di sekolah karena susu yang kaya nutrisi dianggap baik untuk anak-anak yang tengah tumbuh. Namun, siapa pun yang menganggap bahwa susu sapi dan air susu ibu manusia adalah sama, tentunya sangat salah. Jika Anda mendata berbagai nutrisi yang ditemukan baik dalam susu sapi maupun ASI, keduanya memang sangat serupa. Nutrisi seperti protein, lemak, laktosa, zat besi, kalsium, fosfor, natrium, kalium, dan vitamin, ditemukan dalam keduanya. Namun, kualitas dan jumlah nutrisi ini sangat berbeda.

Komponen utama yang ditemukan dalam susu sapi disebut KASEIN. Saya pernah menyinggung fakta bahwa protein ini sangat sulit dicerna dalam sistem pencernaan manusia. Sebagai tambahan, susu sapi juga mengandung bahan antioksidan LAKTOFERIN, yang memperkuat fungsi kekebalan tubuh. Namun, laktoferin yang terdapat dalam ASI adalah 0,15 % sementara yang terdapat dalam susu sapi hanya 0,01 %.

Tampaknya, bayi-bayi yang baru lahir dari spesies yang berbeda membutuhkan jumlah dan rasio nutrisi yang berbeda pula.

Dan bagaimana dengan orang dewasa?

LAKTOFERIN menjadi contohnya. Laktoferin dalam susu sapi terurai dalam asam lambung. Bahkan jika Anda meminum susu segar yang belum diproses menggunakan suhu tinggi, laktoferin di dalamnya akan terurai dalam lambung. Begitu pula halnya dengan laktoferin yang terdapat dalam ASI. Seorang bayi manusia yang baru lahir dapat menyerap laktoferin dari ASI dengan baik karena lambungnya masih belum berkembang sempurna, dan karena sekresi asam lambungnya hanya sedikit, laktoferin pun tidak terurai. Dengan kata lain, ASI manusia memang tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi oleh manusia dewasa.

Susu sapi, walaupun sebagai susu segar yang masih mentah, bukanlah makanan yang cocok bagi manusia. Kita mengubah susu segar, yang pada dasarnya memang tidak baik bagi kita, menjadi makanan buruk dengan cara homogenisasi dan pasteurisasi pada suhu tinggi. Kemudian, kita memaksa anak-anak kita untuk meminumnya.

Satu masalah lain adalah orang-orang dari kebanyakan kelompok etnis tidak memiliki cukup banyak ENZIM LAKTASE untuk menguraikan laktosa. Kebanyakan orang memiliki cukup banyak enzim ini pada saat masih bayi, tetapi kemudian berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Pada saat orang-orang ini minum susu, mereka mengalami berbagai gejala seperti perut bergemuruh atau diare, yang merupakan hasil ketidakmampuan tubuh mereka mencerna laktosa. Orang-orang yang benar-benar tidak memiliki laktase atau jumlah enzimnya benar-benar rendah disebut tidak tahan laktosa (WH: lactose intolerance). Hanya sedikit orang yang benar-benar tidak tahan laktosa, tetapi sekitar 90 % dari bangsa Asia; 75 % dari bangsa Hispanik, Indian, Amerika, dan kulit hitam Amerika; begitu pula 60 % orang dari berbagai kebudayaan di Mediterania dan 15 % masyarakat keturunan Eropa utara tidak memiliki cukup banyak enzim ini.

LAKTOSA adalah zat gula yang hanya terdapat dalam susu mamalia. Susu hanya diminum oleh bayi-bayi yang baru lahir. Walaupun banyak orang dewasa yang kekurangan laktase, pada saat baru dilahirkan, semua bayi yang sehat memiliki cukup banyak enzim tersebut untuk kebutuhan mereka. Terlebih lagi, kadar laktosa dalam ASI adalah sekitar 7 %, sementara dalam susu sapi hanya 4,5 %.

Oleh karena manusia pada saat bayi mampu minum ASI yang kaya akan laktosa tetapi berakhir dengan menghilangnya enzim tersebut setelah dewasa, saya yakin inilah cara alam untuk mengatakan bahwa susu bukan untuk diminum oleh manusia dewasa.

Jika memang sangat menyukai rasa susu, saya sangat menyarankan Anda membatasi seringnya mengonsumsi susu, berusaha untuk minum susu yang tidak dihomogenasi, dan dipasteurisasi pada suhu rendah. Anak-anak dan orang dewasa yang tidak menyukai susu tidak boleh dipaksa untuk meminumnya.

Singkatnya, minum susu tidak bermanfaat baik bagi tubuh. ***

Dikutip sesuai aslinya dari buku "THE MIRACLE OF ENZYME: Self-Healing Program - Meningkatkan Daya Tahan Tubuh - Memicu Regenerasi Sel" oleh Hiromi Shinya, M.D. (terjemahan), hal. 131-134, diterbitkan oleh Qanita/Mizan.

Baca Selengkapnya (Read More)......

Tips Pemberian Makanan Untuk Si Batita

Moms, anaknya udah 1 taon/lebih ya? Wah, udah bukan bayi lg donk, skrg udah jadi batita. Bahagia ya liat dia semakin besar... Semakin berakal, semakin banyak gaya & semakin susah makan??? Oh no! Klo yg satu itu jangan sampe deh... Sebenernya kenapa seh batita jadi susah makan? Gimana tipsnya biar dia tetap nafsu makan? Check this out!



1. Berikan makanan 5-6 kali sehari. Pada masa ini lambung anak belum mampu mengakomodasi porsi makan 3 kali sehari. Mereka perlu makan lebih sering, sekitar 5-6 kali sehari (3 kali makan “berat” ditambah cemilan sehat).

2. Berikan porsi kecil. Batita dikenal sebagai anak yang mempunyai nafsu makan yang naik-turun. Kadang doyan makan, kadang hanya makan sedikit, namun tetap bisa tumbuh dengan sehat. Tanggung jawab Anda sebagai orang tua adalah memberikan makanan bernutrisi sesuai jadwal pemberian makan dan cemilannya, dalam suasana yang menyenangkan. Selebihnya, terserah batita Anda untuk memutuskan apa dan berapa banyak yang dimakannya. Berikanlah makanan dalam porsi kecil – batita Anda akan memberikan sinyal jika ia ingin nambah.

3. Jangan berikan susu dan jus sampai berlebihan. Minuman bisa mempengaruhi napsu makan batita. Agar batita tumbuh dengan baik, ia membutuhkan 2-3 cangkir susu (atau 2-3 porsi susu dan produk susu olahan) per hari. Apabila batita Anda minum lebih dari 2-3 cangkir sehari, maka batita Anda akan terlalu kenyang untuk mengonsumsi makanan yang mengandung nutrisi penting, seperti zat besi dan vitamin. Untuk menghindarinya, berikan susu setelah batita makan. Demikian halnya dengan jus, batasi pemberian jus menjadi maksimal 120 ml per hari, terlalu banyak jus akan membuat anak Anda kehilangan napsu makan dan atau diare. Biarkan anak mengeksplorasi makanan dan memutuskan makanan yang mereka inginkan.

4. Tumbuhkan keterampilan makan. Saat batita mulai mengetahui cara makan sendiri, mereka biasanya menjadi terlalu bersemangat ingin makan tanpa bantuan. Walaupun mereka mungkin mengalami kesulitan untuk mengambil makanan yang licin atau menyendoki makanan tertentu, mereka akan cenderung menolak untuk dibantu. Anda bisa memastikan bahwa batita Anda mendapatkan makanan yang cukup dengan menyediakan makanan yang lunak dan mudah dikunyah, yang dipotong kecil seukuran satu suap anak, serta memasak makanan yang lengket di sendok, seperti havermut atau kentang yang dihaluskan, untuk melatih kemampuan batita menggunakan sendok.

Sebagian besar batita dapat beralih dari botol ke cangkir di usia 14 bulan, walaupun masih membutuhkan bantuan. Biarkan batita berlatih dengan sedikit air dalam sippy cup/training cup nya, lama-kelamaan batita Anda akan mahir menggunakan cangkir tanpa bantuan.

Jadi jangan biasakan anak untuk selalu disuapi oleh orang tua atau pengasuhnya, biarkan anak Anda mengeksplorasi keterampilan makan tanpa bantuan.

5. Kurangi makanan/minuman lemak secara bertahap. Walaupun batita membutuhkan kalori lebih sedikit dari masa bayinya, jangan batasi kadar lemak dalam makananya sampai ia berusia 2 tahun. Setelah anak menginjak usia 2 tahun, baru Anda bisa secara bertahap menguragi kadar lemak di makanannya, dan meningkatkan asupan sereal, sayuran dan buah-buahan. Mulailah dengan memilih susu atau produk susu olahan yang rendah lemak (low-fat) serta menghindari/mengurangi cemilan yang kayak lemak (spt kentang goreng, coklat, dll).

6. Berikan makanan kaya zat besi. Kekurangan zat besi atau anemia seringkali ditemukan pada anak batita. Anemia berdampak negative pada kesehatan anak juga pada kemampuannya untuk belajar. Untuk pencegahan, berikan batita Anda makanan kaya zat besi seperti daging, unggas, ikan, dan sereal yang diperkaya zat besi.

7. Jadikan waktu makan sebagai saat yang menyenangkan. Membuat waktu makan sebagai saat yang menyenangkan memang susah, terlebih lagi jika orang tua khawatir anaknya tidak cukup makan. Akibatnya, sebagian orang tua akan memaksa anak untuk makan, dan anak akan belajar bahwa ia bisa memegang kendali dengan menolak makanan.

Situasi ini dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal:

· Jangan paksa batita untuk makan. Satu hal yang jangan Anda lakukan adalah memaksa batita Anda untuk makan. Memaksa atau mencekoki makanan pada batita yang tidak lapar seringkali malah berakibat anak semakin menolak makanan. Batita mempunyai naluri alami untuk menginginkan kendali tentang apa dan berapa banyak makanan yang masuk dalam mulutnya. Banyak batita yang melakukan aksi tutup mulut hanya untuk menunjukkan bahwa mereka yang mempunyai kendali.

· Pastikan batita didudukkan dengan nyaman saat makan (gunakan kursi tinggi) dan makan di ruang makan.

· Kurangi kegiatan serta sumber suara atau visual yang bisa mengganggu perhatiannya (seperti makan sambil bermain, menonton TV, dan lainnya).

· Bantu batita Anda untuk menikmati saat makannya. Senyumlah atau berbicaralah saat batita Anda makan, makan bersama, dan Anda menunjukkan ekspresi bahwa Anda sangat menikmati makanan tersebut. Biarkan batita Anda mencoba sedikit makanan Anda. Satu hal lagi, jangan memaksa dan “menipu” batita Anda agar anak Anda makan. Misalnya: “nanti mama pergi loh kalo ade ga makan”, “eh makan satu suap ini aja”, atau “ini suapan yang terakhir kok” (padahal masih banyak). Orang tua dapat menjelaskan makan yang dimakan batita atau berbicara hal-hal lain selama waktu makan, hindari kalimat-kalimat negatif, seperti, “Kamu nakal banget sih nggak mau makan”, “Mama nggak suka kalau kamu nggak makan sayuran”. Sebisa mungkin, orang tua menyempatkan diri untuk makan bersama dengan batita supaya mereka bisa mencontohkan cara makan dan mengenalkan anak dengan makanan baru.

8. Jadikan waktu makan sebagai kesempatan untuk belajar.

· Belajar kebiasaan makan yang baik
Orang tua dapat membuat waktu makan sebagai proses pembelajaran bagi batita dan sebagai waktu yang menyenangkan bagi semua anggota keluarga, dengan menetapkan sejumlah aturan:
1. Tetapkan jam makan yang sama setiap harinya, baik makan pagi, makan siang dan makan malam
2. Makan di ruang makan, bukan di ruang duduk keluarga atau di depan TV atau sambil berjalan-jalan di taman.
3. Dudukkan batita duduk di kursi makannya atau dipangkuan (bukan digendongan atau sambil berjalan/bermain/berlarian/di baby walker).
4. Matikan TV atau pastikan bahwa setiap anggota keluarga menghabiskan cukup waktu di meja makan hanya untuk makan, bukan sambil menonton TV, membaca koran/majalah, ber-SMS atau berbicara lewat handphone/telpon, atau makan terburu-buru.
5. Ciptakan suasana yang tenang, bersahabat, bukan untuk berargumen, memarahi anak dan hal-hal lain yang bisa membuat kesan bahwa waktu makan adalah hal yang menegangkan. Suasana yang tegang di meja makan membuat anak menganggap waktu makan sebagai beban, bukan saat menyenangkan dengan keluarga.

· Belajar ketrampilan makanan
Makan bersama keluarga memberikan kesempatan bagi batita untuk belajar makan dengan mengobservasi anggota keluarga lain. Mereka belajar cara menggunakan peralatan makan dan bagaimana cara memakan makanan tertentu (seperti sate, jagung, dan lain sebagainya). Mereka melihat ada makanan yang dicocolkan dengan sambal/saus, ada yang diolesi, ada yang dimakan dengan tangan, dan lainnya. Melihat orang tua dan saudara-saudaranya minum dengan gelas membuatnya tertarik untuk mencoba.
Batita juga pandai belajar sejumlah keterampilan sosial yang penting. Mereka mulai mengerti konsep bahwa makanan dimakan sambil duduk (bukan berlarian atau digendongan), meminta makanan atau susu tambahan sambil berkata “tolong” dan “terima kasih”. Secara umum, mereka belajar menggunakan suara yang lembut dan menyenangkan saat makan, mengamati bagaimana anggota keluarga mendengarkan dengan sopan dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Mereka juga belajar bahwa melempar-lempar makanan tidak baik, dan tidak ada anggota keluarga lain yang memuntahkan makanannya ke atas meja/piring.

· Belajar mengenai makanan
Acara makan bersama juga dapat mengajarkan batita mengenai makanan. Mereka mungkin akan hanya makan jenis makanan tertentu untuk sementara waktu, namun mereka akan mengamati makanan menarik lain (yang ada di meja) dan mungkin ingin bereksperiman dengan mencoba-coba makanan yang dikonsumsi orang tua dan saudara-saudaranya. Membantu persiapan makanan juga bisa membuat batita lebih semangat untuk mencoba berbagai jenis makanan, jadi, jika memungkinkan, berikan tugas-tugas yang mudah seperti menaburkan seledri, menuangkan air, meletakkan hiasan makanan, dan lain sebagainya.
Di usia muda, anak lebih suka memakan makanan yang dimakan orang tuanya. Saat usia mereka bertambah, mereka ingin makan apa yang dimakan teman-temannya (dan yang ada di iklan TV). Oleh karena itu, orang tua bisa memberikan model atau contoh bagi anak dengan memilih makanan yang sehat.

Dirangkum oleh: Dian Safitri
Sumber:
· Your 24-month-old's physical development: Moving every which way, Dana Sullivan
· Feeding Development: An Overview, Robert Needlman, M.D.m F.A.A.P.
· Family Meals: A Time For Toddlers, Maria Silva, M.S, R.D.
· Nourishing Your Toddler, Maria Silva, M.S, R.D.
· Bayiku Anakku, dr. Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPed

Baca Selengkapnya (Read More)......

Sayuran Tersembunyi Dalam Makanan Si Kecil

Sulit makan sayur seringkali menjadi problem sebagian besar anak-
anak. Namun Anda tak perlu kehilangan akal. Mengingat sumbangan
nutrisi dan seratnya sangat vital, sayur seyogianya tetap Anda
berikan. Caranya, "sembunyikan" sayuran dalam makanan favorit anak-
anak.



SAYURAN merupakan sumber nutrisi penting bagi anak-anak, terutama kandungan betakaroten, mineral, dan juga serat. Sebenarnya tak ada alasan untuk tidak memberikannya, meskipun anak-anak menolaknya.

Ada banyak cara mudah menghidangkan sayuran pada anak-anak:

1. Untuk anak-anak yang sulit makan sayur, samarkan sayuran dengan cara dihaluskan. Campurkan ke dalam makanan favoritnya, misalnya nugget, perkedel, mi, nasi, puding, kue-kue, atau es krim.

2. Bila anak Anda tidak menolak sayuran yang tampak secara fisik, lebih mudah bagi Anda untuk menyiapkan hidangan sayuran yang menggugah selera. Potong sayuran dengan bentuk-bentuk mainan kegemarannya. Gunakan cookies cutter berbentuk lucu untuk memotongnya. Selalu masak sayuran hingga masak dan empuk. Umumnya anak menolak makan sayur bukan karena ia tidak suka, tetapi karena ia harus mengunyah terlalu lama.

3. Sebaiknya sajikan sayuran ketika masih hangat, karena makanan hangat lebih menggugah selera makan anak.

Oleh Wied Harry Apriadji
Dikutip sebagian dari Majalah NIRMALA November 2008

Sumber: Milis Gizi_BayiBalita

Baca Selengkapnya (Read More)......

Jumat, Maret 19, 2010

Saran Pengenalan Makanan Sesuai Usia Anak

Selamat ya, buat bunda yg udah lulus ngasih ASI eksklusif buat baby nya... Sebagai panduan jenis makanan apa saja yg boleh dikasih ke baby dari usia 0 sampai 4 tahun ke atas, akan saya sharing di postingan ini.


0-6 Bulan
ASI/ASI perah

6 bulan
Sereal/Gandum:
Beras Putih, Beras Merah, Havermut
Sayuran:
Ubi kuning, Labu parang, Labu kuning
Buah:
Pisang, Pear, Apel, Alpukat, Pepaya
Daging & Protein: -
Susu & Produk Susu: -
Kacang-kacangan/bumbu, dll:
kacang hijau

7 bulan
Sereal/Gandum:
Beras Putih, Beras Merah, Havermut
Sayuran:
Kentang, Ketimun
Buah:
Timun suri, Blewah
Daging & Protein:
Tahu, Tempe, Daging Ayam, Ati Ayam
Susu & Produk Susu: -

8-9 bulan
Sereal/Gandum:
Gandum, Crackers, Roti gandum, Teething biscuits, Pasta /mi /macaroni yg tdk mengandung telur
Sayuran:
Bit, Lobak, Wortel, Sawi Hijau, Bayam, Brokoli, Kembang kol, Kol, Asparagus, Kacang kedelai
Buah:
Mangga, Peach, Aprikot
Daging & Protein:
Daging sapi, Kalkun, Kuning telur
Susu & Produk Susu:
Keju cheddar, Yogurt bayi
Kacang-kacangan/bumbu, dll:
Rempah-rempah alam menyengat

10-12 bulan
Sereal/Gandum:
Pasta (mie, macaroni) yg tdk mengandung telur
Sayuran:
Buncis, Kacang panjang, Kacang kapri, Kacang kedelai, Jus sayuran
Buah:
Nanas, Kiwi, Melon
Daging & Protein:
Kuning Telur

12-24 bulan
Sereal/Gandum: Semua
Sayuran:
Jagung, Tomat, Seledri, Daun slada, Bawang Bombay, Sayuran yang dimakan tanpa dimasak
Buah:
Buah sitrus: jeruk, lemon, jeruk bali, jeruk limo, dll
Buah berri: strawberry, raspberry, dll
Kurma, Cherry, Anggur (dipotong empat), Buah yang dimakan tanpa dimasak
Daging & Protein:
Daging babi, Ham, Ikan, Putih Telur, Telur utuh
Susu & Produk Susu:
Susu sapi segar, Susu UHT, Yogurt plain, Susu bubuk biasa (non formula), Ice cream, Cottage cheese
Kacang-kacangan/bumbu, dll:
Madu, Selai kacang, Rempah-rempah lain

2 – 3 thn
Sereal/Gandum: Semua
Sayuran: Semua
Buah: Semua
Daging & Protein:
Kerang-kerangan
Susu & Produk Susu:
Susu dan produk susu rendah lemak.
Kacang-kacangan/bumbu, dll:
Kacang tanah, Coklat, Biji-bijian, Garam, Gula

4 thn +
Sereal/Gandum: Semua
Sayuran: Semua
Buah:
Anggur, ceri, berry utuh, Kismis
Daging & Protein:
Satai
Kacang-kacangan/bumbu, dll:
Keripik/chips, Kacang (utuh), Permen, Permen karet, Pop corn, Hotdog/ sosis

Sumber:Introducing solid foods: What you need to know, http://www.mayoclinic.com/invoke.cfm?id=PR00029
Parents’ Survival Guide to Transitional Feeding, The Institute of Pediatric Nutrition
Bayiku Anakku, dr Purnamawa

Baca Selengkapnya (Read More)......

Prinsip Pemberian Makanan Pendamping ASI (4)

Tingkatkan tekstur, frekuensi dan porsi makanan secara bertahap

Seiring dengan pertumbuhan anak antara 6 sampai 24 bulan, maka sesuaikan tekstur, frekuensi dan porsi makanan sesuai usia anak. Jangan lupa untuk melanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun atau lebih dengan frekuensi sesuka bayi. Kebutuhan energi dari makanan hádala sekitar 200 kcal/hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300 kcal/hari untuk bayi usia 9-11 bulans, dan 550 kcal/hari untuk anak usia 12-23 bulan.



6 – 8 bulan
Jenis:
1 jenis bahan dasar (6 bulan)
2 jenis bahan dasar (7 bulan)
Tekstur:
Semi-cair (dihaluskan atau puree), secara bertahap kurangi campuran air sehingga menjadi semi-padat.
Frekuensi:
Makan Utama: 1-2x/hari
Camilan: 1 x/hari
Porsi: 1-2 sdt, secara bertahap ditambahkan.
ASI: Sesuka bayi

8 – 9 bulan
Jenis:
2-3 jenis bahan dasar (sajikan secara terpisah atau dicampur)
Tekstur:
Lunak (disaring) dan potongan makanan yg dpt digenggam dan mudah larut.
Frekuensi:
Makan Utama: 2-3x/hari
Camilan: 1x/hari
Porsi:
2-3 sdm makanan semi padat.
Potongan makanan seukuran sekali gigit.
ASI: Sesuka bayi
Susu & produk susu olahan:
Belum boleh susu sapi
½ slice keju cheddar
¼ cangkir yogurt utk bayi

9-12 bulan
Jenis:
3-4 jenis bahan dasar (sajikan secara terpisah atau dicampur)
Tekstur:
Kasar (dicincang) Makanan yang dipotong & dpt digenggam.
Frekuensi:
Makan Utama: 3x/hari
Camilan: 2x/hari
Porsi:
3-4 sdm makanan semi padat yang kasar.
Potongan makanan ukuran kecil/sekali gigit.
ASI: Sesuka bayi
Susu & produk susu olahan:
Belum boleh susu sapi
½ slice keju cheddar
¼ cangkir yogurt utk bayi

12 –24 bulan
Jenis:
Makanan Keluarga (tanpa garam, gula, penyedap, hindari santan dan gorengan)
Tekstur: Padat
Frekuensi:
Makan Utama: 3-4x/hari
Camilan: 2x/hari
Porsi: 5 sdm makanan atau lebih.
ASI: Sesuka bayi
Susu & produk susu olahan:
1-2 porsi susu sapi atau produk susu olahan

Makanan pertama sebaiknya adalah golongan beras dan sereal karena berdaya alergi rendah. Beras dan sereal disangrai dan dihaluskan menjadi tepung, tim dengan air secukupnya sampai matang, kemudian campurkan dengan ASI atau air matang untuk membentuk tekstur semi cair.

Secara berangsur-angsur perkenalkan sayuran yang dikukus dan dihaluskan dan kemudian buah yang dihaluskan, kecuali pisang dan alpukat matang, jangan berikan buah/sayuran mentah.

Setelah bayi dapat mentolerir beras/sereal, sayur dan buah dengan baik, berikan sumber protein (tahu, tempe, dg ayam, ati ayam & dg sapi) yang dikukus dan dihaluskan.

Setelah bayi mampu mengkoordinasikan lidahnya degan lebih baik, secara bertahap bubur dibuat lebih kental (kurangi campuran air), kemudian menjadi lebih kasar (disaring kemudian cincang halus), lalu menjadi kasar (cincang kasar) dan akhirnya bayi siap menerima makanan padat yang dikonsumsi keluarga.

Sejumlah jenis makanan harus ditunda pemberiannya karena merupakan pencetus alergi, sedangkan sejumlah jenis lainnya harus ditunda pemberiannya karena mempunyai kandungan dan bentuk yang berbahaya bagi anak di usia tertentu.

Sumber: Introducing solid foods: What you need to know, http://www.mayoclinic.com/invoke.cfm?id=PR00029
Parents’ Survival Guide to Transitional Feeding, The Institute of Pediatric Nutrition
Bayiku Anakku, dr Purnamawati S. Pujiarto Sp.Ak, M.Ped.

Baca Selengkapnya (Read More)......

Selasa, Maret 02, 2010

Berbobot Lebih Belum Tentu Sehat

Kondisi bayi yang lahir dengan bobot berlebih justru harus lebih dipantau demi menghindari risiko di kemudian hari. Sebenarnya siapa sih yang disebut bayi berat lahir berlebih itu? Ada dua kelompok. Pertama, bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 3.900 gram. Padahal normalnya, sekitar 2.500-3.800 gram. Kondisi yang dikenal sebagai giant baby ini dapat terbawa sampai anak tumbuh dewasa.

Yang kedua, bobot si kecil sewaktu lahir tergolong normal tapi pada masa pertumbuhannya naik cukup banyak hingga melebihi ambang batas grafik pertambahan berat badan. Nah, bayi seperti ini diistilahkan sebagai bayi dengan berat badan di atas rata-rata. Kondisi ini umumnya disebabkan pola makan bayi yang berlebihan dan asupan gizi yang tidak seimbang. Obesitas pada anak diklasifikasikan berdasarkan hasil pengukuran berat badan dibandingkan panjang badannya. Dikatakan obesitas ringan bila perbandingan berat terhadap panjang badan antara 120-135%, sedangkan disebut obesitas berat bila perbandingan berat terhadap panjang badannya antara 150-200%.

MENGAPA JANIN BISA KELEBIHAN BERAT?

* Ibu menderita kencing manis (Diabetes Melitus/DM)

Kadar gula darah ibu hamil penderita DM tergolong tinggi. Kondisi inilah yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka si calon bayi dapat tumbuh makin "subur".

* Ibu memiliki riwayat melahirkan bayi besar

Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan giant baby berpeluang besar melahirkan anak kedua dan seterusnya dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.

* Faktor genetik

Obesitas dan overweight yang dialami ayah atau ibu dapat menurun pada bayi.

* Pengaruh kecukupan gizi

Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadap bobot janin. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat di atas rata-rata normal.

* Bukan kehamilan pertama

Ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar ketimbang anak pertama. Jika anak pertama lahir dengan bobot 3,8 kg, umpamanya, tidak mustahil anak kedua dilahirkan dengan berat 4 kg. Toh, ini bukan patokan pasti. Adakalanya justru anak kedua dan seterusnya dilahirkan dengan berat badan lebih kecil. Hal ini juga tergantung pada asupan nutrisi, faktor genetik, dan sebagainya.

RISIKO APA SAJA YANG DIHADAPI?

Seperti yang dikatakan tadi, bayi montok memang imut-imut tapi belum tentu sehat. Ada beberapa risiko yang mesti diwaspadai, berikut di antaranya:

* Rendah kadar gula darah

Bayi dengan berat lahir lebih dari 3,9 kilogram yang dilahirkan dari ibu penderita DM akan diperiksa kondisi gula darahnya. Antisipasi ini dilakukan agar kadar gula darah bayi tidak drop begitu ia lahir akibat terhentinya suplai makanan dari sang ibu melalui plasenta. Kalau kadar gulanya memang rendah, bayi akan diberi cairan yang mengandung kadar gula tertentu. Umumnya dalam waktu 24 jam kondisinya akan kembali normal.

* Obesitas

Bayi gemuk kelak berisiko mengalami obesitas. Hal ini akan berdampak kurang baik terhadap fungsi-fungsi organ tubuhnya. Jika ayah/ibu mengalami obesitas maka si kecil berpeluang 50% mengalami kondisi yang sama. Meski begitu, tidak semua bayi overweight pasti tumbuh menjadi anak obesitas. Ada yang berat badannya justru jadi normal atau malah jadi kurus. Semua ini bergantung pada pola makan dan banyaknya aktivitas yang dijalani.

* Keterlambatan kemampuan bergerak

Tubuh bayi yang gemuk dapat menghambat gerakan/aktivitasnya. Karena itu tak jarang, bayi-bayi gemuk mengalami keterlambatan perkembangan. Misalnya, di usia 7 bulan yang seharusnya sudah bisa duduk belum dapat dilakukan. Untuk itu, ia mesti rajin-rajin distimulasi. Bentuk stimulasi yang diberikan sama dengan bayi-bayi lain, hanya harus lebih sering.

TAK BOLEH DIET

Yang jelas, walau si kecil tergolong "kelas berat", ia tidak dianjurkan menjalani diet. Ini artinya, makanan yang dikonsumsi tak boleh dikurangi atau bahkan dihentikan. Mengencerkan susu bayi pun tak diperkenankan karena sama-sama akan berdampak negatif. Salah satunya, kebutuhan kelori bayi jaditidak terpenuhi sehingga daya tahan tubuhnya menurun dan berisiko jatuh sakit.

Orang tua hanya perlu memodifikasi pola konsumsi si kecil. Umpamanya, jika setelah berusia 6 bulan bayi lebih banyak mengonsumsi susu, selingi dengan makanan pendam-ping ASI yang kandungan gizinya memadai tapi tidak berlebihan. Untuk bayi di bawah 6 bulan, berikan ASI eksklusif untuk mencegah terjadinya obesitas.

Cara lain adalah mengonsumsi lebih banyak buah-buahan. Contohnya, bila sebelumnya dalam satu hari si kecil hanya mengonsumsi satu kali asupan buah-buahan sekarang bisa ditambah menjadi dua atau tiga kali pemberian menggantikan bubur beras atau bubur tepung lainnya. Alhasil, asupan karbohidratnya tidak terlalu banyak.

Perkembangan status gizi bayi dapat dipantau berkala setiap bulan dengan cara menimbang berat badan dan mengukur panjang badannya. Pemantauan ini perlu untuk mencegah kemungkinan terjadinya obesitas. Bila berat badan naik berlebihan dalam kurun waktu 1-3 bulan di atas rata-rata penambahan berat badan, orang tua harus berkonsultasi lebih intensif ke dokter.

TAK PERLU MEMBANDINGKAN

Idealnya, berat badan bayi berada di garis normal pada grafik pertumbuhan. Ini artinya, pertambahan berat badannya seimbang dengan pertambahan tinggi badan dan usia. Untuk itulah, orang tua dianjurkan untuk selalu memantau berat badan bayinya secara berkala dengan membawa si kecil kontrol ke dokter/posyandu sebulan sekali.

Masalahnya, orang tua kerap membanding-bandingkan berat badan si kecil dengan bayi lain. Kalau ia tidak semontok yang lain, ayah/ibu langsung mengambil kesimpulan kalau bayinya kekurangan gizi, kurang sehat, dan sebagainya. Tentu hal ini tidak benar. Fisik si kecil yang kurus tak mesti menandakan dia bermasalah selama BB-nya masih dalam range normal pada grafik pertumbuhan. Adakalanya badan si kecil bertambah panjang sehingga kelihatan kurus padahal berat badannya tetap naik. Ini yang penting.

Jangan lupa, bahwa setiap anak itu unik, berbeda, dan memiliki ciri khas tersendiri. Bahkan, dibandingkan kakak ataupun adiknya. Jadi tentu tidak bijaksana untuk membanding-bandingkan mereka.

Tabel Berat dan Tinggi Badan Rata-Rata
(Umur 0-5 Tahun, jenis kelamin tidak dibedakan)
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI

Konsultan ahli:
dr. Rini Sekartini, Sp.A,
dari Divisi Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Sumber: http://www.tabloid-nakita.com/




Baca Selengkapnya (Read More)......