Top 5 Entri

Selasa, Februari 09, 2010

Yang Ditiru Bayi Dari Mamanya

Sejak bulan-bulan pertama, bayi selalu menirukan ibunya. Apa saja yang ditiru?

Empat Hal yang Ditiru

Bayi amat hebat dalam meniru, terutama menirukan ibunya. Hasil peniruannya yang hebat bisa terlihat pada ulang tahun pertamanya. Dari sosok yang hanya bisa tergolek, menangis, dan memejamkan mata hampir sepanjang waktu, bayi menjelma jadi bocah aktif, gesit, kuat dan cerdas, yang sanggup merangkak ke seluruh penjuru rumah, sambil mengoceh dan tertawa-tawa.

Apa saja yang ditiru bayi dari ibunya, sehingga ia mencapai kemajuan begitu pesat?

* Perilaku dan tindakan ibu. Menurut penelitian, bayi usia 2 bulan akan menjulurkan lidahnya ketika melihat orang yang sebelumnya biasa menjulurkan lidah kepadanya. Hal itu tidak ia lakukan terhadap orang yang tidak pernah menjulurkan lidah kepadanya. Kesimpulannya, bayi meniru perilaku orang dengan cara mengingat wajah orang itu. Perlu diketahui, sejak bulan pertama bayi sudah "berlatih" mengamati wajah orang baik-baik. Salah satu caranya adalah, setiap kali menyusu, bayi selalu berusaha memandangi wajah ibunya. Bukan kebetulan jika penelitian menemukan, jarak antara wajah bayi menyusu dengan wajah ibunya adalah sekitar 20-25 cm, sama dengan jarak pandang paling jelas untuk bayi baru lahir.

Yang dapat ibu lakukan:

1. Perlakukan bayi dengan penuh kasih sayang dan sopan santun.
2. Hindarkan memperlakukan orang lain dengan buruk, terutama saat berada di dekat bayi, karena bayi tetap merekamnya, dan kemungkinan akan menirunya, jika ibu berkali-kali melakukannya.

* Senyuman ibu. Di bulan kedua (kira-kira usia 6 minggu), ibu yang sering tersenyum untuk bayinya akan "menuai" hadiah manis: bayi akan membalas senyumannya. Bayi mampu melakukan ini setelah sekian lama memandangi wajah ibunya tersenyum. Lalu, ketika bayi mulai bisa menggerakkan otot-otot wajahnya, ia pun mampu menarik kedua ujung bibirnya ke atas, membentuk "senyum sosial"nya yang pertama.


Yang dapat ibu lakukan:

1. Tetaplah tersenyum tiap kali berinteraksi dengan bayi, agar tersenyum menjadi kebiasaan dan hal yang mudah untuk bayi.
2. Respon juga senyuman bayi dengan ekspresi gembira dan ungkapan verbal “Aduh, manisnya senyum anak Mama!” Ini akan membantu bayi menghubungkan tindakan tersenyum dengan kata "senyum", dan mengajarkan bayi bahwa senyumnya membuat orang lain senang, dan kesenangan orang lain (akibat senyumnya) akan membuahkan kesenangan baru untuk dirinya (mendapat pujian).

* Isyarat nonverbal. Sejak bulan pertama, bayi merasakan bahwa segala yang ibunya lakukan langsung menghasilkan kenyamanan untuk dirinya. Contohnya: Ibu menjulurkan tangan untuk menggendongnya, bayi lalu mendapatkan ketenangan dalam dekapan ibu. Ibu mendekatkan bayi ke payudara, bayi lalu bisa menyusu sampai kenyang. Ibu menyodorkan mainan, bayi lalu bisa bermain sampai puas. Ibu menutupi wajah dengan telapak tangan, bayi mendapat kejutan menyenangkan ketika tangan ibu terangkat dari wajah. Ibu bertepuk tangan dan bernyanyi, bayi bisa mendengar suara yang merdu, dsb. Bayi akan mengingat semua ini. Suatu waktu, ketika bayi membutuhkan kenyamanan yang pernah ia rasakan itu, ia akan menirukan gerakan ibu, sebagai "isyarat nonverbal" agar ibu memberikan kenyamanan yang ia maksud. Misalnya, bayi menjulurkan tangan (minta digendong), menyurukkan wajah ke dada ibu (minta disusui), menangkupkan tangan ke wajah ibu (minta diajak bermain cilukba), dsb.

Di bulan kedelapan, bayi semakin serius mengawasi ibunya, dan selalu terpesona melihat ibunya melakukan berbagai kegiatan, sekalipun kegiatan itu tidak berdampak langsung pada kenyamanannya. Misalnya, ia senang mengamati ibunya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, menulis, menelpon, dll. Kelak, di bulan kesepuluh, bayi akan mencoba meniru berbagai kegiatan ibu (dan kegiatan orang lain) yang sering ia amati.

Yang dapat ibu lakukan:

1. Tanggapi isyarat nonverbal bayi segera. Berikan apa yang bayi inginkan, agar bayi makin bersemangat meniru gerak-gerik ibunya. Semangat bayi meniru ibunya adalah modal penting ibu untuk mendidik bayi selanjutnya.
2. Verbalkan isyarat nonverbal bayi. Jika bayi mengulurkan tangan minta digendong, ibu bisa mengucapkan: “Oh, Adik minta digendong?”, lalu gendonglah si bayi. Ini akan merangsang kemampuan bicara bayi.
3. Contohkan etika yang ingin dikenalkan kepada bayi. Misalnya, pemakaian tangan kanan untuk memberi dan menerima sesuatu.
4. Beri bayi kesempatan dan sarana untuk meniru aktivitas orang dewasa sehari-hari: kertas dan alat tulis untuk "menulis", buku untuk "dibaca", telepon mainan atau telepon sungguhan bekas, peralatan dapur bekas, sisir, cermin kecil, dll.

* Olah suara. Merujuk Dr. Noboru Kobayashi, MD, profesor emeritus Universitas Tokyo dan Direktur Child Research Net, ketika bayi mulai mengoceh dan ibunya menjawab dengan olah suara yang mirip ocehan bayi, maka bayi pun akan menirukan olah suara ibunya itu (yang tak lain tiruan suara si bayi sendiri). Ini terjadi silih berganti, seperti dua orang yang sedang "mengobrol". Di usia sekitar 4 bulan, bayi boleh dibilang sudah bisa menirukan olah suara ibunya dengan ketepatan sekitar 50%.

Bagi bayi, kesediaan ibu membalas ocehannya menandakan cinta ibu terhadap dirinya. Ini membuat bayi sangat menikmati mengoceh dan menirukan olah suara ibunya, dan menjadi awal yang baik untuk perkembangan bicara bayi selanjutnya.

Yang dapat ibu lakukan:

1. Tunjukkan ekspresi wajah yang jelas untuk tiap-tiap suara-suara yang dihasilkan. Tersenyum untuk suara gembira, ekspresi murung untuk suara sedih, dll.
2. Perjelas gerakan bibir dan lidah ketika menghasilkan berbagai suara. Ini bisa menjadi semacam awal latihan pengucapan buat bayi. Ucapkan dengan jelas kata-kata yang dipahami bayi: mama, papa, boneka, baju, dll.
3. Hindarkan semua ucapan negatif (omelan, makian, sumpah serapah), terutama di dekat bayi.

Ibu adalah guru anak, guru yang pertama lagi. Risiko jadi guru, ya harus bisa digugu dan ditiru. Setuju?

Sumber: Parentsguide.co.id

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar